Selasa, 29 September 2015

Dilema Kuota Haji

(10 negara dengan kuota terbesar - 2015)

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa ada dilema dalam menentukan besarnya kuota dalam penyelenggaraan ibadah haji:
  1. kuota kecil, lebih aman, tetapi antrian panjang
  2. kuota besar, tanpa antrian atau antrian pendek, tetapi menimbulkan resiko yang lebih besar
Sebagai reaksi atas berbagai insiden haji: 
telah dilakukan berbagai peningkatan fasilitas:
  1. Perluasan Masjidil Haram: https://youtu.be/8L0PXtZRyMg
  2. Peluasan tempat lempar jumrah: https://youtu.be/JdqetzeICdI   dan https://en.m.wikipedia.org/wiki/Jamaraat_Bridge
  3. Pembangunan jalur kereta dari Arafah ke Mina: https://www.youtube.com/watch?v=lHIShgQ4SUA
tetapi tetap saja bahwa fasilitas besar yang sudah dibangun tersebut memiliki keterbatasan, sehingga diambil kuota yang tidak terlalu kecil dan juga tidak terlampau besar, menyesuaikan daya tampung dari tempat (fasilitas) tersebut. Kuota tersebut masih dianggap aman, tetapi belakangan muncul juga insiden mina, insiden ini diakibatkan oleh penumpukan jamaah di suatu titik (tempat). Inisiden ini bukan diakibatkan oleh fasilitas/tempat yang tidak mencukupi tetapi karena kedisiplinan para jamaah, untuk datang/melewati tempat tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, bukan menjadi rahasia bila sebagian dari kita bukan orang-orang  yang tertib dalam hal mengantri.


Arrangement and facilities: arrangements each year for the growing number of pilgrims poses a logistic challenge for the government of Saudi Arabia who has, since the 1950s, spent more than $100 billion to increase pilgrimage facilities. Major issues like housing, transportation, sanitation, and health care have been addressed and improved greatly by the government by introducing various development programs, with the result that pilgrims now enjoy modern facilities and perform various rites at ease. The Saudi government often sets quota for various countries to keep the pilgrims' number at a manageable level, and arranges huge security forces and CCTV cameras to maintain overall safety during Hajj.

kutipan dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Incidents_during_the_Hajj :
Critics say that the Saudi government should have done more to prevent such tragedies. The Saudi government insists that any such mass gatherings are inherently dangerous and difficult to handle, and that they have taken a number of steps to prevent the problems.

One of the biggest steps, which is also controversial, is a new system of registrations, passports, and travel visas to control the flow of pilgrims. This system is designed to encourage and accommodate first-time visitors to Mecca, while restricting repeat visits. Pilgrims who have the means and desire to perform the Hajj several times have protested what they see as discrimination, but the Hajj Commission has stated that they see no alternative if further tragedies are to be prevented.

Following the 2004 stampede, Saudi authorities embarked on major construction work in and around the Jamarat Bridge area. Additional accessways, footbridges, and emergency exits were built, and the three cylindrical pillars were replaced with concrete walls to enable more pilgrims simultaneous access to them without the jostling and fighting for position of recent years. The government has also announced a multi-million-dollar project to expand the bridge to five levels; the project is planned for completion in time for the 1427 AH (Dec. 2006 – Jan. 2007) Hajj. Following the 2006 incident, the Jamaraat Bridge and the pillars representing Satan were demolished and reconstructed. A wider, multi-level bridge was built, and massive columns replaced the pillars themselves. Now, each level of the bridge allows easier and safer access to the columns representing Satan. In addition, the stoning ceremony must be carried out according to pre-determined schedules to prevent over-crowding and the attendant risks. The Jamarat basin has been expanded from its current circular shape into an oval to allow better access to the pillars. The new arrangements provide for separate access and departure routes. However, a security breakdown is mentioned as cause for the 2015 stampede. A group of pilgrims who had cast their own stones and were returning to their camp, instead of taking the route designated for returning pilgrims, they stubbornly took the route meant for those who were coming and crossed the other group of pilgrims heading straight to the jamaraat

Catatan:

  1. kuota yang diberikan sekarang untuk Indonesia ini sering dianggap kurang besar, hal ini dapat dilihat dari adanya antrian di beberapa daerah yang mencapai hingga belasan tahun.
  2. Kuotanya adalah 700.000 jamaah lokal dan 1,3 juta dari negara lain, pemerintah Saudi biasanya menetapkan kuota 1000 orang untuk setiap juta Muslim per negara
  3. Untuk pengaturan penonton puluhan ribu orang di stadion sepak bola saja kadang sulit, apalagi mengatur jutaan orang (jemaah haji)
  4. Kalau jaman dulu jamaah melakukan perjalanan beresiko tinggi : 
    - naik kapal berbulan-bulan, kalau dari Indonesia harus melewati samudera hindia.

    - pejalanan di tengah gurun pasir yg bersuhu ekstrem, dulu baget bahkan naik onta, 

    benar-benar perjuangan dengan pengorbanan harta dan mungkin jiwa. 

    kalo jaman sekarang perjuangannya terletak pada padatnya jamah (desak-desakan) yang juga kadang menimbulkan korban, p
    adahal sudah dibatasi kutotanya.
  5. Haji yg sunnah (ke-2 dst) sebaiknya berfikir ulang.
  6. Tidak menjadi masalah bagi yg meninggal urusan dunianya sudah selesai, in syaa Allah mereka bahagia di alam kubur. Masalah muncul bagi yang ditinggalkan, semoga mereka tabah dan ikhlas
  7. Beberapa lokasi penting:
    - Masjidil Haram: https://goo.gl/maps/jh3djHB5oa32
    - Tempat lempar jumroh: http://maps.google.com/?cid=17633320769265602877&hl=en&gl=gb
    Arafah: https://goo.gl/maps/4oy72nN4jFo
    - Masjid Nabawi: https://goo.gl/maps/VfTMGkVptiy

Sabtu, 02 November 2013

Haji dan Umroh

Secara Geografis tentu lebih dekat jarak Mekah dan Madinah dari kota-kota di Saudi dibanding dari Indonesia.

Jika dari Jeddah untuk berangkat ke Mekah dengan angkutan umum, kita bisa naik taksi langsung dari Jeddah, biasanya biayanya berkisar 80 Riyal untuk sekali jalan.

Namun bila ingin lebih murah kita bisa pergi dulu (naik taksi)  ke 2 tempat berikut:

1.Bab Mekah


2.Kilo Asro (kilometer sepuluh)

dua tempat tersebut masih terletak di kota Jeddah, tempat tersebut merupakan terminal bayangan, yang berisi mobil-mobil pribadi yang akan mengangkut penumpang (kalau di tempat kita disebut angkot plat hitam) ke Mekah dengan tarif berkisar 10 s.d 20 Riyal/orang pada hari-hari biasa, dan melonjak menjadi 40 s.d 70 Riyal pada hari hari khusus, misalnya pada musim Haji dan Idul Fitri.

Untuk berangkat dari Jeddah ke Madinah menggunakan angkutan umum (Bus) anda bisa berangkat dari Terminal Bus SAPTCO yang terletah di Al Balad  Jeddah dengan ongkos 54 Riyal untuk sekali jalan.
Bila kita berangkat Umroh dari Indonesia, biaya yang diperlukan berkisar belasan juta Rupiah dan bila untuk Haji berkisar tiga puluh lima juta Rupiah.

Bila kita berangkat dari Jeddah untuk Umroh ongkos PP (pulang-pergi) biaya yang diperlukan relatif kecil, dengan angkutan umum ongkos yang diperlukan adalah 40 s.d 80 Riyal, atau sekitar 120 s.d 240 ribu Rupiah (kurs Rp 3000/Riyal), tapi ingat itu hanya di hari-hari biasa.

Terdapat beberapa metode untuk berangkat Haji dari Jeddah:

  1. Hamlah dengan Tasreeh, Hamlah adalah istilah untuk Biro Perjalanan Haji, Tasreeh adalah Surat Ijin dari Pemerintah Saudi untuk melaksanakan ibadah Haji, biaya yang diperlukan berkisar 5000 s.d 9000 Riyal per orang.
  2. Hamlah tanpa Tasreeh (Surat Ijin Haji), biaya yang diperlukan bila melalui Biro Perjalanan Haji tanpa Tasreeh berkisar 3000 Riyal per orang.
  3. Back Packer alias Haji Koboi, ini adalah Haji mandiri, bisa dengan Tasreeh (Surat Ijin Haji) ataupun tanpa Tasreeh, pembuatan Tasreeh memerlukan biaya sekitar 2000 Riyal per orang. Bila tanpa tasreeh biasanya angkutan umum yang membawa kita akan mematok harga tinggi berkisar 700 Riyal untuk sekali jalan, hal ini karena para sopir tersebut juga bisa terkena sanksi dari bila kedapatan membawa jamaah Haji tanpa Tasreeh.

Bila berangkat dari Saudi Ritual Haji hanya dilaksanakan 5 hari (Haji Qiran), tanpa perjalanan ibadah ke Madinah.

Mulai tahun 2013 pemerintah Kerajaan Saudi memperketat pelaksanaan Haji, setiap Jamaah harus memiliki Tasreeh (Surat Ijin Haji), meskipun pada kenyataannya tetap ada juga yang berangkat tanpa Tasreeh. Pengaturan ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan Jamaah Haji di Mekah, mengingat semakin banyak jumlah jamaah / semakin padat maka korban berdesak-desakan dan terinjak akan semakin banyak.

beberapa bulan atau minggu sebelum Haji pemerintah Saudi sudah mengumumkan himbauan atau peringatan melalui media massa dan sms broadcast yang berisi keharusan Jamaah Haji untuk berangkat menggunakan Tasreeh:


Expatriates adalah warga non-Saudi yang tinggal di Saudi.

hajj agency adalah hamlah atau biro perjalanan haji

Sebagai akibat dari himbauan / peringatan diatas adalah:
  1. 15,000 illegal Hajis barred (15000 jamaah tanpa tasreeh terhalang untuk masuk ke Mekah), silahkan baca beritanya di sini: http://www.arabnews.com/news/467412
  2. 974 Haj-bound expats arrested in Jeddah (974  jamaah Haji tertangkap di Jeddah), silahkan baca beritanya di sini: http://www.arabnews.com/news/467800

Catatan:
  1. kuota untuk Tasreeh (Surat Ijin Haji) sangat terbatas, tidak heran bila untuk mendapatkannya kita memerlukan biaya minimal 2000 Riyal.
  2. Keaslian Tasreeh dapat dicek secara online: http://eservices.haj.gov.sa/eservices3/haj/hajInquery.xhtml
  3. bila bukan orang Saudi biasanya tertarik untuk melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali mengingat ada kerabat yang mau di-badal Haji-kan, bebeda dengan orang asli Saudi yang kebanyakan hanya berangkat Haji 1 kali, karena mereka juga tidak perlu mem-badal Haji-kan kerabatnya.
  4. Penduduk Saudi (penduduk asli dan expatriate) diperbolehkan mengajukan Tasreeh (Surat Ijin Haji) satu kali dalam 5 tahun.
  5. kuota Haji untuk masing-masing Negara adalah 1/1000 (seper seribu) jumlah peduduknya.